Sabtu, 26 Juli 2014

27


Good morning happiness..
Kamu tahu? Bagaimana aku selalu memandangimu lebih lama daripada kau memandangiku, bagaimana saat kita bersentuhan tangan jantungku bertarung menembus dinding? Kamu tahu, bahwa aku mencintaimu melebihi dari arti kata cinta itu sendiri, kamu tahu itu? Kecuali jika kamu tidak menyadari kerja keras yang aku lakukan selama ini untuk mempertahankan hubungan kita.
"We should love, not fall in love. Because everything that falls get broken"
Perkenalan kita memang sangat instan, kepolosanmu membuat aku percaya bahwa kamu adalah kebahagiaan yang ku tunggu. Ya, perkenalan kita. Disaat kita bertatap, kumencoba mengendalikan saraf tubuh yang mengobrak abrik isi hati ini. Perkenalan kita malam itu saat kau lukis senyum kecil diwajahmu, itulah saat dimana aku sadar Tuhan telah memperlihatkan separuh surga untukku. Perkenalan kita, dimana aku merasa kupu-kupu(bahkan berbagai belalang) mengisi perutku saat kau mencoba menggenggam tanganku dan dengan mudahnya aku menghempas tanganmu; malu.
Aku mulai berfikir inikah cinta? Atau hanya ketertarikan sesaat? Apa selama ini aku salah mengartikannya?
Hatimu sungguh tulus, senyumu sangat manis, alunan suaramu menenangkan hati ini membuat aku merasa nyaman. Aku mulai bermimpi tinggi, membangun kebahagiaan bersama, ya tentu denganmu. Lagi dan lagi, aku meyakinkan diriku mungkin ini ketertarikan sesaat. Dalam hitungan hari, kamu begitu manis, perhatianmu, canda tawamu, tingkah bodohmu itu. Dan pada saatnya kamu mulai ungkapkan isi hati, bercerita tentang kebahagiaan yang kau temui pada seseorang yang kau nilai sempurna; aku. Jika ini hanyalah ketertarikan sesaat, mengapa begitu sakit ketika waktu memilih kita untuk berpisah?
Beberapa bulan lalu, kamu berjanji untuk selalu menjagaku. Ya beberapa bulan lalu, kamu masih menggenggam erat jemariku. Kita masih terikat dalam kebahagiaan. Aku yakin, kamulah cinta. Tapi ternyata aku salah, aku hanyalah payung untuk berteduh dari tajamnya air hujan yang membasahi hatimu.
Masih ingatkah kamu sebaris janji itu?
Salahku, mempunyai harapan terlalu tinggi, bahkan menggenggam harapan itu pun aku tak sampai. Kamu pergi ketika kita saling menyayangi, ketika kita berjuang bersama. Kamu pergi ketika kita telah mengartikan bahwa semua ini adalah cinta.
Kini kehidupan yang berbeda, hari yang berbeda. Tiada lagi senyum kecilmu, canda tawamu, tingkah bodohmu, tiada lagi kamu. Hancur sudah mimpi-mimpi yang kita bangun bersama. Rasa sakit ini masih sama. Ingatkah kebahagiaan yang kita bangin berpondasi ketulusan itu? Ingatkah kamu? Kamu tentu tahu, menghapus bayangan yang mulau melekat bukanlah hal yang mudah. Aku tak bisa membayangkan rasanya tidur dan bangun tanpa ucapan kecil darimu. Aku tak ingin tahu rasanya terlelap sebelum mendengar suaramu. Aku tak ingin perpisahan.
Kali ini luntur sudah harapanku. Mungkin kau akan paham saat aku tidak membalas pesan kecilmu, mungkin kau akan pahan saat senyumu menarikku aku akan memotong tarikan itu. Tidak cukupkah aku selama ini menunjukkan ketulusanku? Aku mungkin pernah ada, namun selanjutnya aku tak akan ada bagimu. Kamu takkan mengerti rasa sakitku. Kini ialah sahabatku, butiran air yang terjun di pipi ini. Meskipun mustahil bisa dekat dan menggenggam jemarimu lagi, aku hanya berharap kamu bisa bahagia dengan kebahagiaan yang kau ciptakan bersama dengan wanita diluar sana. Aku hanya akan berdiri disini menatapmu dari jauh dan menari bersama sahabat baruku; air mata.
Aku tahu kisah kita telah usai, tapi mengapa kamu tinggalkan perranyaan itu? Pertanyaan yang membuatku bingung, apakah kau merupakan sosok yang pantas diperjuangkan atau ditinggalkan seperti kau dengan mudahnya membuang dan meninggalkanku.
Bodohnya aku, meskipun kamu tusuk hati ini aku tetap tak ingin jauh.
Kamu tentu tahu, aku hanyalah perempuan yang melampiaskan amarah melalui air mata di malam hari. Tapi, semakin deras air mata malam itu semakin aku menyadari bahwa akulah yang memilihmu. Akulah yang membiakan duri dari dirimu masuk, aku yang memilih mencintaimu.

Ada saatnya kamu mengerti bahwa tak ada orang yang bisa menghargaimu dan merindukanmu sedalam yang aku lakukan
Iya, aku jatuh terlalu dalam, sehingga aku tak sadar; kamu berjalan terlalu jauh. Pergi meninggalkanku.
Kamu pergi disaat aku merasa nyaman. Kamu kembali disaat raga ini berusaha keras untuk melupakan.

Kepergianmu membuatku tersadar bahwa aku tak perlu berharap terlalu tinggi. Tentang rasa? Kaupun tentu tahu, kenangan, canda tawa yang kita lalui bersama tidak akan lenyap dan memudar begitu saja dari memori kehidupan, begitu juga rasaku.
Biarkan aku menunggumu disini, meskipun aku tahu kau tak akan datang dan mengetuk pintu membawa seikat bunga kemudian memelukku dan berkata 'rindu'.
Aku menyayangimu, pria pembawa tawa.

Kadang, perpisahan jauh lebih melekat daripada pertemuan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar